TIMES MADURA, PONOROGO – Kabupaten Ponorogo mengukuhkan posisinya sebagai sentra peradaban pesantren dengan menjadi lokasi peluncuran Gamedia Network, sebuah jejaring media berskala nasional yang didedikasikan untuk pondok pesantren se-Indonesia.
Peresmian ini digelar pada Selasa malam, (21/10/2025), di Alun-Alun Ponorogo, menjadi salah satu puncak rangkaian acara Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) ke-X yang tahun ini dipusatkan di Bumi Reog.
Jaringan media ini diharapkan berfungsi sebagai "Media Center" bagi Gerakan Nasional Ayo Mondok, menempatkan para santri sebagai ujung tombak dalam mempublikasikan narasi positif dan kontribusi pesantren terhadap bangsa.
Kehadiran Gamedia Network dinilai vital dalam menghadapi era digital, memastikan kisah, nilai, dan kegiatan pesantren disiarkan secara profesional dan merata ke seluruh penjuru negeri.
Glorifikasi 'Ayo Mondok' dengan Kemasan Milenial
Peluncuran Gamedia Network tidak lepas dari tema besar yang diusung Ponorogo dalam perayaan HSN 2025: Gerakan Ayo Mondok.
Gerakan ini ditekankan sebagai upaya mengajak generasi muda khususnya Gen Z, untuk tertarik mengenyam pendidikan karakter yang unik di pondok pesantren.
HM Zahrul Azhar As'ad (Gus Hans) mengungkapkan bahwa Ponorogo dipilih karena memiliki akar peradaban Islam yang kuat, ditandai dengan berdirinya salah satu pesantren tertua di Nusantara, Pesantren Tegalsari, sekitar tahun 1675.
"Ponorogo adalah rumah sejarah bagi pesantren. Dengan diluncurkannya jaringan media ini di sini, kami ingin menunjukkan bahwa pesantren bukan sekadar lembaga lama, tetapi juga institusi yang siap bertransformasi dan memimpin dalam arus informasi digital," ujarnya.
Bupati Sugiri Sancoko pun menyambut inisiatif media pesantren ini dengan antusias. Sebagai tuan rumah HSN ke-X, ia menekankan bahwa keberadaan pesantren menawarkan kurikulum yang melampaui pembelajaran ilmu agama biasa.
"Gerakan Ayo Mondok ini sangat krusial. Kurikulum pondok itu tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tapi juga sukses mentransfer karakter melalui keteladanan para kiai. Transfer karakter inilah yang sulit ditemukan di lembaga pendidikan manapun," tegasnya.
Bupati Sugiri Sancoko menambahkan, pihaknya sengaja mengemas seluruh acara HSN dengan konsep yang 'funky' dan milenial—termasuk Santri Run dan Santri Vaganza—untuk menghilangkan kesan kaku pada pendidikan pesantren.
Dengan didukung Gamedia Network, ia berharap pesan-pesan moral dan keunggulan pesantren dapat diterima oleh semua kalangan, termasuk generasi yang belum pernah merasakan dunia mondok.
Peluncuran ini juga menjadi penegas cita-cita Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) untuk mendorong pengakuan pesantren sebagai warisan budaya tak benda (Intangible Cultural Heritage) oleh UNESCO, beriringan dengan pengakuan UNESCO terhadap Reog Ponorogo. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Ponorogo Cetak Sejarah, Resmikan Gamedia Network Sebagai Pusat Publikasi Pesantren Nasional
Pewarta | : M. Marhaban |
Editor | : Ronny Wicaksono |