TIMES MADURA, SUMENEP – Madura punya cerita rasa yang tak terlupakan lewat terasi Ambunten. Dengan aroma kuat dan cita rasa khas, terasi ini telah menjadi bumbu wajib di dapur banyak keluarga Indonesia. Namun, di balik kelezatannya, tersimpan tantangan produksi yang masih mengandalkan cara tradisional. Proses pengeringan yang bergantung pada sinar matahari seringkali membuat kualitas tidak konsisten, produksi terhambat cuaca, dan daya simpan terbatas.
Melihat peluang ini, tim dosen dan peneliti dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dan STKIP PGRI Sumenep, bersama Dinas Perikanan Kabupaten Sumenep, menghadirkan terobosan baru: Screw Extruder dan Heat Pump Dryer. Dua teknologi tepat guna ini dikembangkan untuk mengangkat kualitas dan nilai jual terasi Ambunten, sekaligus menjawab tantangan industri rumahan yang selama ini dihadapi para produsen.
Program yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) DIKTI ini diharapkan dapat menjadi model hilirisasi riset yang langsung berdampak pada masyarakat, khususnya di sektor pengolahan hasil laut.
Screw Extruder: Penjaga Konsistensi Rasa dan Bentuk
Selama ini, pencampuran adonan terasi dilakukan secara manual, sehingga hasilnya sering tidak seragam. Dengan Screw Extruder, proses pencampuran bahan baku seperti udang rebon dan garam menjadi lebih homogen. Alat ini juga mampu mencetak adonan dengan ukuran dan tekstur yang seragam.
“Proses pencetakan dengan extruder ini membuat kualitas produk lebih konsisten dan efisien, tanpa mengurangi cita rasa khas terasi Ambunten,” jelas Anis Arendra, salah satu tim pengabdian UTM, Jumat (31/10/2025).
Dengan konsistensi yang terjaga, imbuhnya, setiap kemasan terasi Ambunten akan memiliki rasa dan kualitas yang sama, meningkatkan kepercayaan konsumen.
Heat Pump Dryer: Pengeringan Cepat dan Higienis Tanpa Tergantung Cuaca
Masalah terbesar produksi terasi tradisional adalah ketergantungan pada cuaca. Proses pengeringan yang lama dan tidak terkontrol sering menyebabkan terasi mudah berjamur dan tidak tahan lama.
Heat Pump Dryer hadir sebagai solusi. Alat ini memungkinkan pengeringan dalam ruang tertutup dengan suhu dan kelembapan yang terkendali. Hasilnya, terasi menjadi lebih kering merata, warnanya tetap cerah, dan bebas kontaminasi.
“Dengan pengeringan sistem heat pump, waktu produksi dapat dipangkas hingga 40% dan hasil terasi menjadi lebih kering merata, tidak mudah berjamur, serta tahan disimpan lebih lama,” tambah Sabarudin Akhmad, anggota tim lainnya.
Teknologi ini, lanjutnya, memastikan produksi bisa berjalan setiap hari, tanpa khawatir hujan atau panas terik.
Dukungan Penuh Pemkab Sumenep
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Sumenep, Agustiono Sulasno, menyambut baik kolaborasi ini. Menurutnya, inovasi ini berpotensi meningkatkan daya saing terasi Madura tidak hanya di pasar nasional, tetapi juga membuka peluang ekspor.
“Inovasi ini bisa menjadi model hilirisasi hasil riset yang berdampak langsung bagi masyarakat, terutama di sektor pengolahan hasil laut,” ujar Agustiono.
Iskandar Dzulkarnain, yang juga anggota tim berharap, melalui pendampingan berkelanjutan, teknologi ini dapat diadopsi oleh kelompok pengolah terasi di Ambunten. Dengan dukungan teknologi, terasi Ambunten tidak hanya mengandalkan rasa khas, tetapi juga kualitas yang modern, higienis, dan berstandar industri. (*)
| Pewarta | : Faizal R Arief | 
| Editor | : Faizal R Arief | 
 Berita
 Berita 
       
             
             
             
             
             
             
             
             
             
             
                 
                 
                 
                 
                 
             
             
             
             
             
             
             
             
             
             
               TIMES Madura
            TIMES Madura